TIGA PUSAT: KEPALA, HATI DAN KEBERADAAN
Osho terkasih,
Seorang terapis pernah berkata padaku bahwa kita bisa terjebak dalam perasaan-perasaan kita, sama seperti dalam pikiran, dan bahwa perasaan-perasaan itu juga harus dijatuhkan atau dilampaui. Aku sering bertanya-tanya tentang hal ini, karena perasaanku biasanya adalah pemanduku dalam hidup dan juga, aku merasakan segala sesuatunya dengan sangat kuat. Bisakah engkau memberi komentar?
Jawaban OSHO:
Anand Trinda, itu adalah pertanyaan penting yang engkau tanyakan…
Ada tiga pusat dari mana semua tindakanmu datang: kepala, hati, dan keberadaan. Kepala adalah yang paling dangkal. Kepala harus memikirkan segala sesuatunya – bahkan jika engkau jatuh cinta, kepala memikirkannya, apakah aku benar-benar jatuh cinta? Dan jika kepala memutuskan bahwa ya, tampaknya engkau sedang jatuh cinta, kepala akan melamar wanita itu, “Aku pikir aku jatuh cinta padamu.”
Tetapi berpikir adalah dasarnya. Manusia berfungsi dari kepala. Kepala memiliki kegunaannya – ia telah menciptakan semua ilmu pengetahuan, dan semua teknologi, dan semua bom nuklir; dan ia mungkin menyebabkan bunuh diri global tak lama lagi.
Wanita itu berfungsi dari hati. Dia tidak bisa berkata, “Aku pikir aku mencintaimu.” Itu tidak pernah terdengar di seluruh sejarah umat manusia. Dia hanya mengatakan, “Aku mencintaimu.” Berpikir tidak berperan. Hati sudah cukup untuk dirinya sendiri; ia tidak perlu bantuan dari kepala.
Jika seseorang harus memilih antara kepala dan hati, ia harus memilih hati, karena semua nilai indah dari kehidupan adalah milik hati. Kepala adalah montir yang baik, teknisi, tetapi engkau tidak bisa menjalani hidupmu dengan suka cita hanya dengan menjadi montir, teknisi, ilmuwan. Kepala tidak memiliki sifat-sifat, kemampuan untuk sukacita, untuk kebahagiaan, untuk keheningan, untuk kepolosan, untuk keindahan, untuk cinta, untuk semua yang membuat hidup menjadi kaya – itu adalah hati.
Tapi terapis yang memberitahumu itu tidak salah. Engkau bisa terjebak di dalam hatimu, dalam perasaanmu juga, sama seperti orang-orang yang terjebak dalam pikiran mereka. Tapi mungkin terapis itu sendiri tidak menyadari bahwa ada pusat yang lebih dalam daripada hati, dan itu adalah keberadaan – yang memiliki semua sifat-sifat hati dan masih lebih banyak sifat-sifat lainnya, yang lebih kaya, yang lebih berharga: kebahagiaan, keheningan, ketenangan, keterpusatan, keberakaran, kepekaan, kesadaran … wawasan tertentu ke dalam keilahian dari semesta.
Pertama-tama, turunlah dari kepalamu ke hatimu. Tetapi jangan berhenti di sana; itu hanya menginap semalam, sebuah penginapan. Engkau bisa beristirahat sejenak di sana, tetapi itu bukan tujuannya. Turunlah dari hati ke keberadaan.
Dan ini adalah rahasia dari meditasi, bahwa di mana pun engkau berada – di kepala, di dalam hati – itu tidak masalah, meditasi membawamu dari kepala, dari hati, ke keberadaan.
Meditasi adalah jalan menuju pusat keberadaanmu sendiri, di mana tidak ada pertanyaan tentang terjebak. Engkaulah itu. Siapa yang akan terjebak di dalam apa? Tidak ada dua hal, hanya engkau – engkau dan kemuliaan mutlakmu.
Tetapi Trinda, engkau adalah seorang wanita, dan tentu saja takut karena perasaanmu adalah pemandumu dalam hidup, dan engkau merasakan segala sesuatunya dengan sangat kuat. Tetapi lebih mudah untuk menjangkau keberadaan dari hati daripada dari kepala. Engkau tidak akan kehilangan panduan; sesungguhnya engkau tidak akan membutuhkannya sama sekali. Engkau akan begitu penuh dengan cahaya, begitu penuh dengan kejelasan….
Panduan diperlukan oleh orang buta. Engkau akan memiliki mata baru untuk melihat – untuk melihat bahkan apa yang tidak terlihat oleh mata normalmu. Dan engkau akan mampu merasakan pengalaman baru yang tidak tersedia bahkan untuk hati.
Jadi tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Kekhawatiranmu hanyalah kekhawatiran seorang wanita, kekhawatiran alamiah bahwa perasaan adalah pemandumu dan engkau merasakan dengan sangat kuat; jika engkau menjatuhkan mereka maka siapa yang akan membimbingmu? Lalu bagaimana engkau akan merasakan segala sesuatunya dengan kuat? Engkau tidak tahu bahwa di sana masih ada pusat yang lebih dalam di mana panduan tidak dibutuhkan sama sekali, di mana engkau adalah pemandunya, dan di mana intensitas menjadi total, seratus persen. Dan bukan hanya tentang segala sesuatu yang telah engkau rasakan di dalam hati, tetapi tentang pengalaman semesta dari pencerahan, dari kebangkitan, dari keilahian. Engkau tidak akan menjadi pecundang; engkau tidak perlu khawatir sama sekali.
Tapi seorang wanita, bagaimanapun juga, adalah seorang wanita.
Seorang pria sedang membaca di koran bahwa di antara setiap lima orang di dunia, satunya adalah orang Cina. Istrinya berkata, “Maka kita harus sangat hati-hati sekarang. Kita sudah memiliki empat anak, dan aku tidak ingin anak berikutnya adalah orang Cina.”
Wanita memiliki caranya sendiri untuk merasa dan berpikir dan melihat segala sesuatunya. Engkau menjadi khawatir, bagaimana engkau bisa menjatuhkan perasaanmu? Engkau tidak perlu menjatuhkannya; engkau hanya perlu mempelajari seni meditasi dan perasaan-perasaanmu akan jatuh dengan sendirinya, seperti daun kering yang jatuh dari pohon. Ketika angin berhembus kencang … baru kemarin aku sedang duduk dan angin bertiup kencang, dan dedaunan kering tercurahkan seperti hujan.
Ketika meditasi menjadi semakin dalam, pikiranmu, perasaanmu, semua mulai menghilang.
Meditasi membuatmu menjadi kolam yang tenang tanpa riak – begitu tenang sehingga ia tampak seperti cermin; engkau bisa melihat wajahmu. Dan itu tidak mengambil apa pun dari kecerdasanmu atau dari perasaanmu; ia hanya membuat semuanya lebih otentik, lebih nyata, lebih total, lebih murni. Kecerdasan mencapai puncak tertingginya, sama seperti cinta mencapai puncak tertingginya.
Dengan mengetahui keberadaanmu dan berpusat pada keberadaanmu, engkau telah menemukan makna dari hidup, engkau telah menemukan tujuan yang untuknya engkau telah datang ke sini di planet ini. Tujuan dari kehidupan terungkap kepadamu.
Socrates mengatakan, “Kenalilah dirimu sendiri.” Dalam kata-kata itu terkandung semua kitab suci dunia.
OSHO ~ The Razor’s Edge, Ch 22
Leave a Reply